Kapuas Hulu, 9 September 2025 — Rumah Betang, rumah panjang khas masyarakat Dayak, menjadi simbol persatuan sekaligus identitas budaya masyarakat adat di pedalaman Kalimantan. Di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, tepatnya di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia, berdiri kokoh Sao Langke Adat Dai Bolong Pambe’an, rumah betang tertua yang masih terawat hingga saat ini.
Lebih dari sekadar tempat tinggal, rumah betang berfungsi sebagai pusat kehidupan sosial, budaya, dan adat.
Dengan panjang mencapai puluhan meter serta struktur kayu ulin yang kokoh, rumah adat ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat Dayak dalam beradaptasi dengan lingkungan. Tiang-tiang penopang yang menjulang tinggi menjadi simbol kekuatan sekaligus perwujudan harmoni dengan alam.
Keberadaan rumah betang memiliki kaitan erat dengan identitas kawasan perbatasan negara. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau sendiri mengadopsi konsep arsitektur rumah betang dalam desain bangunannya.
Sentuhan modern yang dipadukan dengan nilai budaya lokal menjadikan PLBN Badau tidak hanya sebagai gerbang utama perdagangan dan pariwisata, tetapi juga sebagai etalase budaya Dayak di perbatasan.
“Rumah betang adalah simbol kebersamaan dan persaudaraan yang sangat erat dengan masyarakat Dayak. Nilai inilah yang kami bawa ke dalam wajah arsitektur PLBN Badau, sehingga setiap orang yang datang bisa merasakan kehangatan budaya lokal,” ujar Kepala PLBN Badau, Wendelinus Fanu.
Lebih lanjut, Wendelinus Fanu, mengatakan, rumah betang masih banyak dijumpai di sejumlah kecamatan sekitar PLBN Badau. Keberadaannya membuktikan bahwa tradisi dan nilai kehidupan masyarakat adat Dayak tetap terjaga meskipun zaman terus berkembang.
“Bagi kami, melestarikan rumah betang berarti menjaga akar budaya dan jati diri masyarakat perbatasan. Ini juga menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkaya khazanah ekowisata Kapuas Hulu,” jelas Wendelinus.
Selain sebagai hunian, rumah betang berfungsi sebagai ruang bermusyawarah, tempat penyelenggaraan upacara adat, hingga sarana mempererat persaudaraan antarwarga.
Nilai gotong royong, kebersamaan, dan kearifan tradisional diwariskan turun-temurun, menjadikan rumah betang sebagai simbol kehidupan harmonis di perbatasan negara.
Dengan keunikan arsitektur, kekayaan sejarah, dan nilai adat yang melekat, rumah betang di Kapuas Hulu tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga destinasi wisata yang patut dilestarikan.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan langsung keunikan budaya Dayak, mengunjungi PLBN Badau dan melihat rumah betang di Kapuas Hulu menjadi pengalaman berharga yang tak boleh dilewatkan. Perpaduan keindahan alam, kearifan lokal, dan keramahan masyarakat Kapuas Hulu akan meninggalkan kesan mendalam bagi siapa saja yang datang.
(Ayusianturi/BNPP RI)
Komentar