Lintas Batas
Beranda » Berita » Rawan Terisolasi, Warga Pulau Serasan Minta Akses Transportasi Laut ke Malaysia

Rawan Terisolasi, Warga Pulau Serasan Minta Akses Transportasi Laut ke Malaysia

Warga Serasan mengusulkan agar pemerintah membuka jalur laut reguler yang menghubungkan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan dengan Pelabuhan Sematan di Malaysia. (Foto: BNPP RI)

Jakarta, 23 Juli 2025 — Pulau Serasan, salah satu pulau terdepan Indonesia di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, menyimpan banyak potensi strategis sebagai wajah perbatasan negara. Terletak di ujung utara dan berbatasan langsung dengan Malaysia, Serasan masuk dalam kategori kecamatan prioritas di wilayah perbatasan.

Namun, di balik posisinya yang vital, masyarakat Serasan masih bergelut dengan tantangan besar seperti keterbatasan akses moda transportasi laut.

“Hingga kini, Pulau Serasan tidak memiliki ketersediaan jalur kapal reguler dari dan menuju Serasan, baik ke Ranai sebagai ibu kota Natuna, ke Kalimantan Barat, maupun ke Sematan di Malaysia,” kata Asdep Pengelolaan Batas Negara Wilayah Laut dan Udara BNPP RI, Siti Metrianda Akuan, Selasa (15/7/2025).

Menurut Siti Metrianda, situasi ini membuat masyarakat merasa terisolasi, terlebih saat cuaca ekstrem melanda. “Ketidakpastian jadwal kapal tersebut menyebabkan pasokan logistik kerap tersendat, harga kebutuhan pokok melonjak, dan mobilitas masyarakat menjadi terganggu,” jelas dia.

Kondisi seperti ini, lanjut Siti Metrianda, membuat warga Serasan sangat bergantung pada kapal perintis seperti Kapal Sabuk Nusantara 36 yang datang dua pekan sekali atau Sabuk Nusantara 48 setiap 12 hari.

Namun, sambung Siti Metrianda, kedatangan kapal-kapal tersebut sangat bergantung pada musim angin dan faktor cuaca ekstrem, bahkan dalam kondisi normal pun, kapal-kapal ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Ketika cuaca memburuk, kapal reguler bisa tidak ada hingga lebih dari sebulan,” ungkap dia.

Padahal, lanjut Siti Metrianda, secara geografis Pulau Serasan lebih dekat ke Kabupaten Sambas di Kalimantan Barat. Ironisnya, sangat jarang ada kapal reguler dengan jadwal pasti yang melayani rute ini.

Siti Metrianda menambahkan, kapal-kapal seperti KM Bukit Raya atau Bahtera Nusantara 01 juga tidak mampu menampung seluruh kebutuhan logistik dan penumpang masyarakat. “Ketika cuaca memburuk, seluruh konektivitas nyaris lumpuh total.”

Menurut Siti Metrianda, dampak dari keterbatasan ini sangat nyata. Aktivitas ekonomi terganggu, hasil tangkapan nelayan sulit dipasarkan, distribusi barang dagangan terhambat, dan pelayanan kesehatan ikut terdampak karena sulitnya akses menuju fasilitas medis di Ranai. “Guru, siswa, hingga tenaga kesehatan pun kesulitan menjangkau lokasi tugas dan pelayanan,” cetusnya.

Siti Metrianda mengatakan, warga Serasan mengusulkan agar pemerintah membuka jalur laut reguler yang menghubungkan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan dengan Pelabuhan Sematan di Malaysia. Pasalnya, wilayah pesisir di Malaysia ini telah lama menjadi tujuan perdagangan tradisional warga karena kedekatan jarak dan kebutuhan ekonomi menjadikan Sematan tujuan ideal untuk pergerakan ekonomi warga Serasan.

“Namun hingga saat ini, belum tersedia kapal penumpang atau logistik yang melayani rute tersebut secara resmi dan terjadwal. Warga hanya bisa mengandalkan perahu kecil milik nelayan atau menumpang jalur kapal tertentu yang tidak terjadwal dan tidak selalu terbuka untuk umum,” kata Siti Metrianda mengingatkan.

Jadwal keberangkatan kapal umumnya hanya bisa dipastikan melalui pantauan media sosial, seperti pada akun instagram @anambasinfo, yang di update satu minggu sebelum keberangkatan. “Sistem seperti ini jelas tidak memadai untuk pelayanan transportasi di wilayah strategis khususnya perbatasan,” tegas Siti Metrianda.

Siti Metrianda menekankan, warga Serasan berharap kehadiran jalur laut yang terjadwal dan dapat menjangkau wilayah-wilayah yang menjadi bagian dari keseharian aktivitas warga. “Kebutuhan ini bukan semata soal kenyamanan, tetapi menyangkut hak dasar untuk terhubung, untuk menjalankan roda ekonomi, dan untuk mendapatkan layanan publik yang layak.”

Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) RI terus berupaya membangun wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) dengan memperkuat konektivitas antarwilayah.

Siti Metrianda mengingatkan, Pulau Serasan sebagai titik strategis di garis depan Indonesia patut mendapat prioritas dalam perencanaan jangka menengah dan panjang, termasuk dalam penguatan akses laut ke Ranai, Kalimantan Barat, hingga ke Sematan, Malaysia. “Laut bagi warga Serasan bukanlah batas, melainkan jembatan penghubung yang vital untuk kehidupan,” tukasnya.

Dengan konektivitas transportasi yang merata dan berkelanjutan, lanjut Siti Metrianda, diharapkan aktivitas ekonomi, pelayanan publik, hingga mobilitas sosial warga Serasan dapat berjalan lebih baik sekaligus memperkuat peran Indonesia sebagai negara maritim di kawasan perbatasan utara.

(Humas BNPP RI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *