Belu, NTT, 15 Agustus 2025 — Ajang Freedom Border Run 2025 yang digelar di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), tak hanya menghadirkan persaingan ketat di lintasan lari sejauh 7 kilometer.
Lebih dari itu, event yang dibuka secara resmi oleh Sekretaris BNPP RI Komjen Pol Makhruzi Rahman bersama Kapolda NTT Irjen Pol Dr Rudi Darmoko ini menjadi panggung bagi kisah-kisah inspiratif yang menggugah semangat kebangsaan.
Dengan iringan sorak-sorai penonton, ribuan peserta beradu cepat menaklukkan rute yang membentang dari dan kembali ke PLBN Motaain pada Jumat (15/8/2025).
Namun di tengah riuhnya kompetisi, dua sosok sederhana peserta dari ajang lari Border Run ini mencuri perhatian publik dengan mengajarkan arti sejati dari semangat juang tinggi yang tinggi. Bukan soal siapa tercepat, tapi siapa yang tak pernah menyerah.
Peserta tersebut adalah Norbertus Taek, 45 tahun, warga Lelowai, Belu. Tanpa alas kaki, hanya berbekal kaos kaki dan tekad baja, ia melesat di lintasan hingga berhasil finis di posisi ketujuh dengan catatan waktu 26 menit 20 detik, mengalahkan ratusan pelari bersepatu.
“Sudah terbiasa dari dulu, kaki jadi lebih ringan rasanya,” ujar Norbertus singkat.
Bagi Norbertus, sepatu hanyalah pelengkap, sedangkan semangat adalah tenaga utama yang membawanya melewati garis finis.
Tak kalah menginspirasi, Nikodemus Taek, 62 tahun, petani asal Desa Silawan yang menjadi tuan rumah perlombaan, juga ikut memeriahkan ajang ini. Meski finis di urutan 700-an, senyum dan langkahnya yang mantap mengajarkan bahwa semangat muda tak mengenal batas usia. “Saya ikut supaya meramaikan acara sebagai tuan rumah. Umur itu bukan masalah, yang penting semangat,” tuturnya.
Kepala PLBN Motaain, Maria Fatima Rika, mengungkapkan rasa bangganya terhadap kedua peserta tersebut.
“Pak Norbertus dan Pak Nikodemus adalah simbol semangat perbatasan. Satu membuktikan bahwa keterbatasan fasilitas bukan penghalang, satunya lagi menunjukkan bahwa usia hanyalah angka. Inilah esensi Freedom Border Run yang mempertemukan keberanian, kegigihan, dan kebersamaan di garis perbatasan,” jelas Maria.
Ajang ini bukan hanya tentang olahraga, tetapi juga menjadi media mempererat persaudaraan masyarakat perbatasan Indonesia–Timor Leste.
Seperti yang ditunjukkan oleh Norbertus dan Nikodemus, Freedom Border Run 2025 menorehkan kisah yang akan diingat. Tentang kaki tanpa sepatu, usia yang tak membatasi, dan hati yang tak pernah menyerah di bawah langit perbatasan.
(Mario Y Uran/Bagas R/Humas BNPP RI)
Komentar