Telusur
Beranda » Berita » Destinasi Ekowisata Unggulan Pulau Sepandan di Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Kian Menarik Minat Wisatawan

Destinasi Ekowisata Unggulan Pulau Sepandan di Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Kian Menarik Minat Wisatawan

Pulau Sepandan yang terletak di Kawasan Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, ini mulai dikembangkan menjadi destinasi ekowisata berbasis konservasi dan budaya lokal. (Foto: BNPP RI)

Kapuas Hulu, 31 Agustus 2025 — Pulau kecil yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS), Pulau Sepandan, memiliki posisi strategis karena terkoneksi langsung dengan wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau.

Pulau Sepandan yang terletak di Kawasan Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, ini mulai dikembangkan menjadi destinasi ekowisata berbasis konservasi dan budaya lokal. Pulau Sepandan dikelilingi oleh danau musiman yang airnya naik turun mengikuti siklus hujan dan kemarau.

Selain menawarkan panorama alam yang memesona, kawasan ini juga menjadi habitat penting bagi berbagai satwa endemik dan migran, seperti ikan arwana super red, burung enggang, hingga bekantan.

Kepala PLBN Badau Wendelinus Fanu mengatakan, keberadaan Pulau Sepandan merupakan potensi besar yang bisa mendukung pengembangan kawasan perbatasan sebagai etalase Indonesia.

“Dengan dibukanya akses lintas batas melalui PLBN Badau sejak 2017, kita memiliki peluang strategis untuk memperkenalkan Pulau Sepandan ke wisatawan mancanegara, khususnya dari Malaysia Timur,” ujar Wendelinus.

Wisatawan dari Malaysia kini dapat masuk melalui perbatasan Badau–Lubok Antu (Sarawak) dan melanjutkan perjalanan darat menuju kawasan Danau Sentarum.

Dari PLBN Badau, jarak tempuh menuju Pulau Sepandan sekitar 50 kilometer atau sekitar satu jam perjalanan darat, kemudian dilanjutkan dengan perahu untuk mencapai pulau tersebut.

Lebih jauh, Wendelinus Fanu juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata ini.

“Kami ingin agar masyarakat menjadi pelaku utama dalam pengelolaan Pulau Sepandan sehingga manfaat ekonomi dapat langsung dirasakan oleh warga perbatasan,” cetus Wendelinus.

Saat ini pemerintah daerah bersama mitra konservasi telah memberikan pelatihan kepada masyarakat adat Dayak Iban dan Melayu yang tinggal di sekitar Danau Sentarum, mulai dari pengelolaan homestay, penyajian kuliner tradisional, hingga pelatihan pemandu wisata berbasis interpretasi lingkungan.

Dengan konsep ekowisata berbasis konservasi dan kearifan lokal, Pulau Sepandan diharapkan mampu menjadi ikon baru pariwisata perbatasan Indonesia yang mendukung pelestarian lingkungan sekaligus memperkuat identitas budaya masyarakat setempat.

PLBN Badau yang dikelola oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan Republik Indonesia (BNPP RI) mendukung penuh pengembangan Pulau Sepandan sebagai destinasi ekowisata perbatasan, guna memperkuat daya tarik pariwisata sekaligus menjaga kelestarian alam dan budaya lokal di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia.

(Humas BNPP RI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *