Kapuas Hulu, 25 Agustus 2025 — Pohon tinggi dengan buah kecil berkulit cokelat kehitaman ini memiliki rasa yang unik dengan perpaduan manis dan asam yang digemari oleh masyarakat lokal maupun pelintas batas dari negara tetangga. Ia adalah Asam Keranji (Dialium indum).
Di tengah lebatnya hutan tropis Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, tanaman khas yang menjadi sumber ekonomi sekaligus identitas masyarakat perbatasan ini tumbuh subur.
Asam Keranji sejak lama dimanfaatkan warga setempat sebagai camilan alami, bahan olahan, hingga sumber penghasilan tambahan. Ketika musim panen tiba, warga berbondong-bondong mengumpulkan buah ini untuk dijual di pasar perbatasan, hingga negara tetangga.
Berdasarkan data perdagangan lintas batas, pada Maret 2025 lalu tercatat ekspor Asam Keranji melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau mencapai 2900 kilogram dengan nilai devisa sekitar Rp 72,5 juta. Angka ini menjadi bukti nyata bahwa komoditas musiman pun mampu memberi kontribusi signifikan bagi perekonomian masyarakat di kawasan perbatasan.
Kepala PLBN Badau, Wendelinus Fanu, mengatakan, Asam Keranji bukan hanya komoditas bernilai jual, tetapi juga bagian dari potensi lokal yang dapat memperkuat identitas perbatasan.
“Ekspor Asam Keranji ini menunjukkan bahwa hasil alam perbatasan memiliki daya saing. Buah ini bukan sekadar camilan, tetapi juga sumber ekonomi yang membawa manfaat langsung bagi masyarakat,” ujar Wendelinus.
Lebih lanjut, Wendelinus menegaskan pentingnya menjaga keberlanjutan tanaman ini. Menurutnya, Asam Keranji tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga memiliki fungsi ekologis. “Asam Keranji adalah bagian dari keanekaragaman hayati hutan Kapuas Hulu. Kelestariannya perlu dijaga agar generasi mendatang tetap bisa merasakan manfaatnya, baik dari sisi budaya, ekonomi, maupun lingkungan.”
PLBN Badau terus mendorong agar potensi lokal seperti Asam Keranji dapat berkembang menjadi komoditas unggulan yang dapat mendukung kesejahteraan masyarakat perbatasan. Kehadiran buah musiman ini menjadi pengingat bahwa perbatasan tidak hanya berfungsi sebagai pintu keluar masuk negara, tetapi juga sebagai etalase kekayaan alam Indonesia yang mampu menarik perhatian pasar internasional.
(Betuel Mimin/BNPP RI)
Komentar